Jumat, 18 September 2020

PERINGATAN TERHADAP KEMURTADAN

PERINGATAN TERHADAP KEMURTADAN


Ibrani 3:12
Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup.

Dalam perikop ini Rasul Paulus terus menekankan kepada mereka berbagai nasihat dan peringatan yang sungguh-sungguh sampai pada bagian penutup. Dan ia mengutip sebuah nas dari Kitab Mazmur 95:7, dst., yang di dalamnya amatilah,

I. Apa yang dinasihatkannya kepada mereka, yaitu supaya mereka segera memperhatikan panggilan Kristus saat ini. “Dengarlah suara-Nya, setujui, sepakati, dan pertimbangkanlah apa yang dikatakan Allah di dalam Kristus kepadamu. Terapkanlah itu pada dirimu sendiri dengan segala perasaan dan usaha yang pantas, dan mulailah melakukannya hari ini juga, sebab esok mungkin sudah terlambat.”

II. Apa yang diperingatkannya kepada mereka, yaitu supaya mereka tidak mengeraskan hati, tuli terhadap panggilan dan nasihat Kristus: “Ketika Ia memberi tahu kamu tentang kejahatan dosa, kemuliaan kekudusan, pentingnya menerima Dia dengan iman sebagai Juruselamatmu, janganlah tutup telinga dan hatimu melawan suara seperti itu.” Perhatikanlah, mengeraskan hati adalah sumber bagi semua dosa kita yang lain.

III. Dengan contoh siapa ia memperingatkan mereka, yaitu contoh umat Israel bapak leluhur mereka di padang gurun: Seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun. Ini merujuk pada nas Kitab Suci yang luar biasa itu tentang tempat bernama Masa dan Meriba (Kel. 17:2-7). Amatilah,

1. Masa pencobaan sering kali menjadi masa kegeraman.

2. Membuat Allah murka, ketika Ia sedang menguji kita, sementara kita melihat bahwa hidup kita sepenuhnya bergantung pada Dia, adalah perbuatan membangkitkan amarah disertai dengan saksi.

3. Dosa-dosa orang lain, terutama saudara-saudara kita, harus menjadi peringatan bagi kita. Dosa-dosa dan penghukuman nenek moyang kita harus kita ingat, supaya kita tidak mengikuti contoh-contoh buruk mereka. Nah, berkenaan dengan dosa nenek moyang orang Yahudi, yang direnungkan di sini, amatilah,

(1) Seperti apa keadaan nenek moyang mereka ini, ketika mereka berbuat dosa seperti itu: mereka sedang berada di padang gurun, dibawa keluar dari Mesir, tetapi belum masuk ke Kanaan, yang dengan memikirkannya saja seharusnya dapat menahan mereka dari berbuat dosa.

(2) Dosa yang atasnya mereka bersalah: mereka mencobai Allah dan membuat-Nya murka. Mereka tidak mempercayai Allah, bersungut-sungut terhadap Musa, dan tidak mau memperhatikan suara Allah.

(3) Yang memperberat dosa mereka: mereka berdosa di padang gurun, di mana mereka sungguh sangat bergantung langsung kepada Allah. Mereka berdosa ketika Allah menguji mereka. Mereka berdosa ketika mereka melihat pekerjaan-pekerjaan-Nya, yaitu pekerjaan-pekerjaan ajaib yang dilakukan untuk membebaskan mereka dari Mesir, dan untuk memberi mereka persediaan dan penopang hidup dari hari ke hari di padang gurun. Mereka terus berbuat dosa terhadap Allah seperti itu selama empat puluh tahun. Kekejian ini teramat memperberat dosa mereka.

(4) Sumber dari dosa-dosa yang sangat parah seperti itu adalah,

[1] Mereka sesat hati. Dan kesesatan hati ini menimbulkan banyak kesalahan lain dalam bibir dan hidup mereka.

[2] Mereka tidak mengenal jalan-jalan Allah, meskipun Ia sudah berjalan mendahului mereka. Mereka tidak mengenal jalan-jalan-Nya. Entah itu jalan-jalan pemeliharaan-Nya yang di dalamnya Ia sudah berjalan menghampiri mereka, ataupun jalan-jalan perintah-Nya yang di dalamnya mereka seharusnya berjalan menghampiri Allah. Mereka tidak mencermati pemeliharaan-pemeliharaan-Nya ataupun menjalankan ketetapan-ketetapan- Nya dengan cara yang benar.

(5) Kebencian Allah yang wajar dan besar terhadap dosa-dosa mereka, namun juga kesabaran besar yang ditunjukkanNya terhadap mereka (ay. 10): Itulah sebabnya Aku murka kepada angkatan itu. Perhatikanlah,

[1] Semua dosa, terutama dosa yang dilakukan oleh orang-orang yang mengaku umat Allah yang beroleh hak istimewa, tidak hanya membuat Allah murka dan terhina, tetapi juga mendukakan Dia.

[2] Allah enggan menghancurkan umat-Nya di dalam atau karena dosa mereka. Lama Ia menunggu untuk berbelas kasihan kepada mereka.

[3] Allah menyimpan catatan yang tepat tentang berapa kali orang terus berbuat dosa terhadap Dia, dan mendukakan Dia dengan dosa-dosa mereka. Tetapi pada akhirnya, jika mereka terus mendukakan Roh Allah dengan dosa-dosa mereka, maka dosa-dosa mereka akan dibuat mendukakan roh mereka sendiri, baik dengan cara dihakimi atau memohon belas kasihan.

(6) Penghakiman yang tak dapat diganggu gugat dijatuhkan atas mereka pada akhirnya karena dosa-dosa mereka. Allah bersumpah dalam murka-Nya bahwa mereka tidak akan masuk ke dalam tempat perhentian-Nya, entah perhentian Kanaan duniawi ataupun sorgawi. Perhatikanlah,

[1] Dosa, apabila terus dilakukan, akan menyalakan murka ilahi, dan membakar hangus orang-orang berdosa.

[2] Murka Allah akan menyingkapkan dirinya dalam keputusan yang benar untuk menghancurkan orang yang tidak mau bertobat. Ia akan bersumpah dalam murkaNya, bukan dengan gegabah, melainkan dengan benar, dan murka-Nya akan membuat mereka senantiasa dalam keadaan gelisah. Tidak ada kesempatan beristirahat di bawah murka Allah.

IV. Pelajaran apa yang dipetik Rasul Paulus dari contoh buruk dan mengerikan mereka itu (ay. 12-13, dst.). Ia memberikan peringatan yang semestinya terhadap orang-orang Ibrani, dan mempertegasnya dengan suatu desakan yang penuh kasih sayang.

1. Ia memberikan peringatan yang semestinya kepada orang-orang Ibrani. Kata yang dipakai adalah waspadalah, blepete – perhatikanlah itu. “Lihat sekelilingmu. Berjaga-jagalah terhadap musuh-musuh baik di dalam maupun di luar dirimu. Berhati-hatilah. Kamu sudah tahu apa yang membuat nenek moyangmu tidak dapat memasuki Kanaan, dan yang membuat mayat mereka berserakan di padang gurun. Waspadalah supaya kamu tidak jatuh ke dalam dosa, jerat, dan hukuman mengerikan yang sama. Karena kamu tahu bahwa Kristus adalah Kepala jemaat, Pribadi yang jauh lebih besar daripada Musa, maka penghinaan kamu terhadap-Nya pasti merupakan dosa yang lebih besar daripada penghinaan mereka terhadap Musa. Jadi kamu terancam hukuman yang lebih keras daripada mereka.” Perhatikanlah, kehancuran orang lain harus menjadi peringatan bagi kita untuk waspada terhadap penyebab kehancuran mereka. Kejatuhan Israel haruslah selamanya menjadi peringatan bagi semua orang yang datang setelah mereka. Sebab semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh (1Kor. 10:11), dan harus kita ingat. Waspadalah! Siapa yang mau sampai di sorga dengan selamat harus memperhatikan dengan awas sekeliling mereka.

2. Rasul Paulus menegaskan peringatan itu dengan suatu desakan yang penuh kasih sayang: “Hai saudara-saudara, bukan hanya saudara-saudara dalam daging, melainkan juga di dalam Tuhan. Saudara-saudara yang aku kasihi, yang bagi kesejahteraanmu telah lama aku berjerih payah.” Dan di sini ia berbicara secara panjang lebar tentang hal yang diperingatkannya: Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup. Di sini perhatikanlah,

(1) Hati yang tidak percaya adalah hati yang jahat. Ketidakpercayaan adalah dosa besar, ia membusukkan hati manusia.

(2) Hati yang jahat dan tidak percaya adalah dasar dari semua dosa kita dalam meninggalkan Allah. Itu merupakan langkah besar menuju kemurtadan. Sekali saja kita membiarkan diri tidak mempercayai Allah, kita bisa segera meninggalkan-Nya.

(3) Saudara-saudara seiman perlu diperingatkan terhadap kemurtadan. Siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!

3. Rasul Paulus menambahkan nasihat yang baik pada peringatan itu, dan menganjurkan mereka pada apa yang akan menjadi penangkal melawan hati yang jahat dan tidak percaya ini, yaitu bahwa mereka harus menasihati seorang akan yang lain setiap hari, selama masih dapat dikatakan “hari ini” (ay. 13). Amatilah,

(1) Kita harus melakukan segala kebaikan yang dapat kita lakukan satu terhadap yang lain selama kita bersama-sama, yang hanya untuk waktu sebentar saja dan tak pasti.

(2) Karena hari esok bukanlah milik kita, kita harus memanfaatkan hari ini sebaik-baiknya.

(3) Jika orang-orang Kristen tidak saling menasihati setiap hari, maka mereka ada dalam bahaya menjadi tegar hati karena tipu daya dosa. Perhatikanlah,

[1] Ada banyak tipu daya di dalam dosa. Dosa tampak bagus, tetapi sebenarnya kotor. Dosa tampak menyenangkan, tetapi sebenarnya merusak. Dosa menjanjikan banyak hal, tetapi tidak melaksanakan apa-apa.

[2] Tipu daya dosa itu membuat hati menjadi tegar. Satu dosa dibiarkan akan mempersiapkan dosa lain. Setiap perbuatan dosa meneguhkan kebiasaan berdosa. Berdosa melawan hati nurani adalah cara untuk mengebalkan hati nurani. Oleh karena itu, harus menjadi kepedulian setiap orang untuk menasihat diri sendiri dan orang lain supaya waspada terhadap dosa.

4. Rasul Paulus menghibur orang-orang yang tidak hanya memulai dengan baik, tetapi juga yang bertahan dengan baik, dan bertekun sampai pada akhirnya (ay. 14): Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula. Di sini amatilah,

(1) Hak istimewa orang-orang kudus: mereka telah beroleh bagian di dalam Kristus, yaitu bagian di dalam Roh Kristus, kodrat Kristus, anugerah-anugerah Kristus, kebenaran Kristus, dan hidup Kristus. Mereka berkepentingan dalam segala kepunyaan Kristus, dalam segala apa yang menyangkut Dia, dan dalam segala apa yang telah Dia lakukan, atau dapat Dia lakukan.

(2) Syarat mereka mendapat hak istimewa itu, yaitu ketekunan mereka dalam mengakui dan hidup dalam Kristus dan Kekristenan secara berani dan terang-terangan sampai pada akhirnya. Bukan berarti bahwa mereka tidak akan bertekun, sebab mereka dipelihara oleh kuasa Allah yang mahakuasa melalui iman supaya mereka selamat, melainkan bahwa desakan untuk memperoleh keselamatan seperti itu adalah suatu cara yang dengannya Kristus membantu umat-Nya untuk bertekun. Hal ini akan membuat mereka waspada dan tekun, sehingga menjaga mereka dari kemurtadan. Di sini perhatikanlah,

[1] Semangat yang sama yang dengannya orang-orang Kristen memulai di jalan-jalan Allah harus mereka pertahankan dan buktikan sampai pada akhirnya. Siapa yang memulai dengan sungguh-sungguh, dengan segala perasaan dan bersemangat, tekad yang kudus, dan kebergantungan yang disertai kerendahan hati, harus meneruskannya dengan semangat yang sama. Akan tetapi,

[2] Banyak sekali orang pada awal pengakuan iman menunjukkan keberanian dan keyakinan yang besar, tetapi mereka tidak berpegang teguh pada iman itu sampai pada akhirnya.

[3] Ketekunan dalam iman adalah bukti terbaik dari ketulusan iman kita.

5. Rasul Paulus kembali melanjutkan apa yang sudah dia kutip sebelumnya dari Mazmur 95:7, dst., dan ia menerapkannya langsung pada orang-orang dari angkatannya (ay. 15-16, dst.). Tetapi apabila pernah dikatakan: Pada hari ini, dst. seolah-olah ia berkata, “Apa yang dikutip sebelumnya dari Kitab Suci bukan hanya untuk masa-masa sebelumnya, melainkan juga untuk kamu sekarang, dan untuk semua orang yang akan datang setelah kamu. Agar kamu berjaga-jaga untuk tidak jatuh ke dalam dosa-dosa yang sama, supaya jangan kamu jatuh ke dalam kutukan yang sama.” Rasul Paulus berkata kepada mereka bahwa meskipun sebagian orang yang sudah mendengar suara Allah memang betul-betul membangkitkan amarah-Nya, namun tidak semua orang berbuat demikian. Perhatikanlah,

(1) Meskipun sebagian besar pendengar membangkitkan murka Allah dengan ketidakpercayaan mereka, namun ada sebagian lain yang percaya pada apa yang disampaikan kepada mereka.

(2) Meskipun mendengarkan firman adalah sarana biasa menuju keselamatan, namun, kalau tidak didengarkan, itu akan membuat orang terbuka bagi murka Allah.

(3) Allah ingin mempunyai umat sisa yang mau patuh pada suara-Nya, dan Ia akan memperhatikan umat itu dan menyebut mereka dengan hormat.

(4) Seandainya pun umat sisa ini sampai tertimpa musibah bersama-sama orang berdosa, namun mereka akan beroleh bagian dalam keselamatan kekal, sedangkan para pendengar firman yang tidak taat akan binasa selama-lamanya.

6. Rasul Paulus memberikan beberapa pertanyaan atas apa yang sudah disebutkan sebelumnya, dan memberikan jawaban yang tepat untuknya (ay. 17-19): Dan siapakah yang Ia murkai empat puluh tahun lamanya? Bukankah mereka yang berbuat dosa? Dan siapakah yang telah Ia sumpahi, dst.? Dari sini perhatikanlah,

(1) Allah berduka hanya terhadap umat-Nya yang berbuat dosa terhadap Dia, dan terus berbuat dosa.

(2) Allah paling berduka dan murka dengan dosa-dosa yang dilakukan di depan umum oleh kebanyakan orang dari suatu bangsa. Apabila dosa sudah mewabah, dosa itu membangkitkan murka yang paling dahsyat.

(3) Meskipun Allah murka untuk waktu yang lama, dan bersabar untuk waktu yang lama, namun ketika ditekan oleh beratnya kefasikan yang merajalela di mana-mana, pada akhirnya Ia akan membebaskan diri-Nya dari orang-orang yang melakukan pelanggaran secara umum dengan penghakiman-penghakiman yang diberikan di hadapan umum.

(4) Ketidakpercayaan (dengan pemberontakan yang merupakan akibatnya) adalah dosa dunia yang membawa kutukan besar, terutama jika dilakukan oleh mereka yang telah mendapat pewahyuan tentang pikiran dan kehendak Allah. Dosa ini menutup hati Allah, dan menutup gerbang-gerbang sorga bagi mereka. Dosa ini menempatkan mereka di bawah murka dan kutukan Allah, dan meninggalkan mereka di situ. Sehingga dalam kebenaran dan keadilan pada diri-Nya sendiri, Allah berkewajiban untuk mencampakkan mereka untuk selama-lamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar